Jakarta – Bumi terus berputar dan waktu tidak pernah berhenti. Begitu juga dengan penyelenggaraan Festival Payung Indonesia (FESPIN) yang telah berlangsung sejak tahun 2014 dan terus berlanjut hingga sekarang. Pada tahun 2023, FESPIN memasuki usianya yang ke-10. Festival ini telah menjadi bagian dari kalender SPORTIVE 2023 yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf RI.
Tema dari FESPIN ke-10 adalah “Sepayung Bumi, Alam adalah Kita.” Tema ini memiliki makna mendalam yang mengajak kita untuk lebih memahami bagaimana alam bekerja dan bagaimana kita dapat berkontribusi dalam menjaga dan merawat lingkungan. Heru Mataya, Founder FESPIN, menjelaskan bahwa hal-hal sederhana seperti menghemat listrik dan air, menanam pohon, dan tindakan sehari-hari lainnya dapat mencegah perubahan iklim. FESPIN 2023 berfungsi sebagai pengingat bahwa alam adalah rumah kita yang perlu kita cintai dan rawat.
Selama bertahun-tahun, FESPIN telah bertransformasi dan berusaha untuk menjadikan literasi sebagai bagian tak terpisahkan dari festival ini. Literasi yang dimaksud di sini bukan hanya terbatas pada teks, tetapi juga mencakup konteks. Pada FESPIN ke-9 tahun 2022, festival ini melahirkan sebuah buku kumpulan esai yang berjudul “Payung Tradisi Nusantara” dengan kata pengantar dari Prof. Dr. Peter Carey, sejarawan Indonesia modern. Pada tahun ini, FESPIN akan menerbitkan buku “Sepayung Bumi,” yang berisi kumpulan cerpen dan puisi.
Sebanyak 18 penulis cerpen dan 26 penulis puisi telah menyumbangkan karyanya untuk buku ini, termasuk nama-nama seperti Sujiwo Tedjo, Eka Budianta, Joko Pinurbo, K.H. Ahmad Mustofa Bisri, dan Sujiwo Tejo. Kerjasama ini adalah yang kedua antara Voila! Publishing dan Festival Payung Indonesia untuk mengabadikan perhelatan besar dalam sebuah buku.
Innes Paramitha Bikaristi, Public Relation dan Admin dari Komunitas Menulis dan Membaca NULIS AJA DULU (NAD), menjelaskan bahwa kerjasama ini terbatas pada para penulis terpilih. NAD juga telah melibatkan sejumlah mentor dan finalis dalam proyek ini.
Voila! Publishing dan Nulis Aja Dulu merasa bangga menjadi bagian dari acara ini dan berharap FESPIN terus berjaya dan diadakan setiap tahun. Semoga kerja sama mereka juga tetap berlanjut. Untuk mengutip kata-kata seorang filsuf Romawi, Cicero, “sebuah kamar tanpa buku seperti tubuh tanpa jiwa.” Mereka berharap FESPIN, di masa depan, tidak akan pernah kehilangan semangat literasi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari festival ini.
FESPIN tahun ke-10 membawa pesan penting tentang perlindungan lingkungan dan peran setiap individu dalam menjaganya. Tema “Sepayung Bumi, Alam adalah Kita” akan membuka mata kita tentang pentingnya merawat alam sebagai rumah bersama.